Selasa, 02 Januari 2018

Catatan singkat pergantian tahun 2017 ke 2018

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, rasanya baru kemarin perayaan tahun baru yang semarak dengan kembang api, ternyata hari ini sudah datang lagi tahun baru. Rasanya belum ada hal penting yang bisa dilakulan di tahun 2017, ternyata sudah berlalu. Ada hal yang diniatkan dan diharapkan ternyata masih belum terwujud. Tapi apapun yang bisa diraih hingga saat ini tetap harus disyukuri.
Umumnya orang merayakan tahun baru melakukan kegiatan yang bersifat seremonial, manggang, bikin lawar, sate, minum, dan musik. Namun tradisi yang saya jalani setiap pergantian tahun sejak gabung di pesraman Bahung Tringan pada pergantian tahun adalah mengikuti acara Homa Jnana Yadnya di pesraman. Seperti biasa, komunitas secara swadaya, urunan berupa sarana upacara dan juga konsumsi untuk keperluan bersama.

Sejak sore hari komunitas sudah hadir membawa sarananya masing-masing. Setelah ngopi maka diadakan persiapan untuk menata semua keperluan upacara. Selanjutnya dilaksanakan rangkaian Homa Jnana Yadnya tersebut, mulai dari nyomia buta kala, lalu pembersihan diri, meditasi lalu homa itu sebagai pamungkas. Setelah cara homa, seperti biasa komunitas melakukan makan bersama.

Ada yang sedikit berbeda dalam acara tahun ini?  Kehadiran teman- teman komunitas agak sediķit, mungkin  karena beberapabeberapa alasan. Ada yang tidak mendapat informasi, ada yang mempunyai kegiatan sendiri yang sudah direncanakan sebelumnya, ada juga yang sakit dan tentu juga karena sedang berada di pengungsian. Acara pesraman yang biasanya berlangsung hingga tengah malam, kali ini hanya sampai pukul 22.00 wita, kebanyakan anggota komunitas sduah beranjak pulang kerumah masing-masing.

Suasana perayaan pergantian tahun ini memang tak sesemarak tahun sebelumnya, mungkin karena ada keprihatinan dikalanangan masyarakat oleh adanya penigkatan aktivitas Gunung Agung yang hingga saat ini masih misterius dan penuh tanya. Tak banyak terdengar suara letusan kembang api hanya sesekali dan pada tengah malam saja. orang berkumpul minum-minum di pinggir jalan pun tak seberapa banyak, termasuk orang yang hilir mudik mencari hiburan saat akhir tahun seperti biasanya juga tak banyak terlihat di jalanan. Meskipun sebenarnya cuaca malam itu cukup cerah, Gunung Agung juga tampak cukup jelas di tengah kegelapan malam, mengeluarkan asap sesekali.

Sampai dirumah, keluarga sudah tidur kecuali si bungsu yang masih nonton film Transformer, dengan niat akan menunggu suara petasan yang akan berbunyi di tengah malam. Untuk mengimbanginya saya buka laptop untuk bermain game untuk, mengusir segala pemikiran yang mengganggu di kepala. Hingga akhirnya si bungsu pun tertidur, saya masih getol dengan game hingga suara petasan yang riuh sudah berlalu. Sepi malam kian terasa, dingin kian menusuk dikulit, lalu terpikir untuk membuat catatan ini. lalu mulailah jari-jari menari diatas keypad, huruf demi huruf, kata demi kata, hingga tersusun satu rangkaian catatan ini, untuk bisa di kenang kembali tahun depan.


Berbincang dengan sesama komunitas sebelum acara dimulai
Acara Homa Jnana dimulai